Harian Sumut24.
Edisi 644 Tahun ke III
Kamis 19 Juni 2014
Meski
usianya masih tergolong belia, namun Indriani tetap tabah menghadapi
kemiskinan yang menderanya. Bermodalkan mangkok dan cangkul, bocah kelas 1 SD
tersebut bekerja keras untuk membantu orang tuanya, sekaligus untuk biaya
sekolahnya.
Hal ini
terlihat saat Sumut24 melintasi jalan yang
menghubungkan Desa Bandar Pulau Pekan dengan Desa Gunting Malaha, Selasa
(17/6). Saat itu, Indriani terlihat menimbun ruas jalan berlubang dengan tanah
yang diambilnya dari parit dekat jalan tersebut. Atas tenaganya itu, bocah
ingusan bertubuh mungil ini meminta imbalan uang dari para pengguna jalan.
Indriani mengumpulkan
duit receh di tengah bising knalpot dan debu beterbangan yang diganggu roda.
Jalan yang sulit dilintasi itu, tempatnya bekerja merupakan jalan yang cukup
parah sehingga sangat sulit dilalui kenderaan bermotor baik roda 4 maupun roda
2. Indriani melempar tanah ke lubang-lubang ditengah jalan, sementara kendaraan melaju lambat
di dekatnya mengais rezeki.
Anak dari Nuraisyah warga Dusun 3 Desa Bandar Pulau, Kecamatan
Bandar Pulau ini melakukan pekerjaan menimbun jalan itu sepulang sekolah. Mulai
pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Dia mengabaikan sengatan matahari dan guyuran
hujan, demi bisa mendapatkan uang yang orangtuanya tak mampu beri, karena
dirinya merupakan anak yatim.
Penghasilan gadis belia berusis 7 tahun ini cukup lumayan. Dari
para pengguna jalan yang baik hati, dia bisa mengantongi uang hingga Rp50 ribu
per hari. Cukup untuk ikut menjamin dapur keluarganya terus mengepul. Maka,
ibunya merestui bocah ini mencari uang menggunakan lengannya yang belum kukuh
benar.
“ Kalau Pak Camat melintas saya sering dikasih uang Rp5 ribu, dan
kalau dikumpul-kumpul dapatlah Rp50 ribu per harinya pak. Uang tersebut
sebagian untuk jajan dan sebahagian lagi untuk bantu mamak saya. Kasihan mamak
kerja sendirian untuk membiayai kami pak,” cetus indriani dengan polosnya.
Indriani merupakan satu dari jutaan anak di Tanah Air yang
terampas keceriaan masa kanak-kanaknya lantaran kemiskinan. Dia tak sempat
bermain sebagaimana layaknya anak-anak. Juga tak mendapat kasih sayang yang
pantas dari orangtua. Indriani sudah harus memikul beban yang belum menjadi
tanggungjawabnya.
Bocah ini
adalah bukti kesejahteraan memang belum merata di negeri yang menjadikan
Keadilan Sosial sebagai dasar bernegara ini. Fakta bahwa kekayaan alam yang
melimpah baru terdistribusi kepada sedikit orang. Realitas yang meneguhkan
bahwa pembangunan kita sesungguhnya belumlah beranjak dari pertama merdeka. (Dir/Her)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar